Oleh : Irwan Natsir
(Sekretaris Umum Yayasan Thawalib Padang Panjang)
Seorang mahasiswi dari Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Yogyakarta mengajukan pertanyaan, apa saja bentuk-bentuk pendidikan modern di Sumatera Thawalib Padang Panjang yang masih eksis sampai sekarang?
Pertanyaan tersebut disampaikannya disaat wawancara untuk keperluan tugas akhir penulisan skripsi dengan judul “Kontribusi Sumatera Thawalib dalam perkembangan Pendidikan Islam modern di Sumatera Barat” pada 2 Mei 2021.
Dengan adanya pertanyaan tersebut dan beberapa pertanyaan lain yang diajukan, mengundang memori saya untuk membuka lembaran sejarah Perguruan Thawalib Padang Panjang yang dulu dikenal dengan sebutan Sumatera Thawalib. Apalagi bulan Mei 2021 ini, usia Thawalib memasuki 110 tahun, sebuah usia yang cukup lama.
Dari kalangan para alumni Thawalib ada yang mempertanyakan usia Thawalib itu sendiri. Apakah benar usianya saat ini 110 tahun? Bukankah sebelum tahun 1900 sudah ada Thawalib dalam bentuk pengajian surau?
Di kalangan Perguruan Thawalib sendiri memang menggunakan tahun 1911 sebagai tahun kelahiran Thawalib. Menurut Burhanuddin Daya dalam disertasinya “Sumatera Thawalib dan Gerakan Pembaharuan Pemikiran Islam di Sumatera Barat” , patokan kelahiran Thawalib 1911 adalah kehadiran Syekh Abdul Karim Amrullah di Padang Panjang ketika diserahi menjadi pimpinan surau jembatan besi pada tahun 1911. Dan semenjak itu pulalah gairah mengaji di surau jembatan besi menjadi mulai bergelora, seterusnya surau itu berfungsi sebagai salah satu pusat gerakan kaum muda. Dari surau ini terpancar gerakan sebagai pendorong kemajuan pendidikan, publikasi, tabligh-tabligh akbar dan perdebatan-perdebatan umum dengan ulama-ulama pembela islam tradisional dan adat.(Sejarah Perguruan Thawalib terbitan 2021).
Diakui sejak Thawalib dipimpin oleh ayahnya Buya Hamka tersebut, berbagai perubahan dilakukan mulai dari kurikulum, sistim pendidikan dengan klasikal, para murid diajarkan berorganisasi, berdiskusi dan berdebat serta banyak kitab kitab dari pengarang ulama Timur Tengah yang diajarkan.
Maka periode kepemimpinan Haji Rasul, demikian sebutan untuk Syekh Abdul Karim Amrullah, Thawalib dikenal dan disematkan oleh sejarawan Taufik Abdullah, sebagai sekolah Islam modern pertama di zaman Hindia Belanda.
Jadi, dengan patokan tahun 1911 kepemimpinan Thawalib oleh Syekh Abdul Karim Amarullah, maka sampai saat ini setiap bulan Mei menjadi semacam “peringatan” terhadap usia Perguruan Thawalib setiap tahunnya.
Spirit Pembaharuan
Spirit pembaharuan yang telah diletakan oleh Syekh Abdul Karim Amarullah, sampai saat ini masih terus berlanjut. Spirit tersebut tercermin misalnya bahwa para santri yang belajar di Thawalib tidak pernah diarahkan kepada salah satu mazhab. Dalam berbagai hal yang diajarkan Thawalib, tidak ada doktrin harus mengikuti satu pendapat, atau harus mengikuti pendapat tertentu. Para santri diberikan semacam kebebasan dalam menentukan sikap dan pemikiran, sepanjang apa yang diyakini memiliki argumentasi dan dalil.
Cerminan dari spirit ini terlihat sekali setelah lulus i dari Perguruan Thawalib. Sejak dulu sampai saat ini para alumni Thawalib ada dimana mana. Ada yang aktif di organisasi Muhammadiyah, di Nahdatul Ulama dan lainnya. Begitu juga soal pilihan politiknya juga beraneka ragam.
Lalu dalam konteks dewasa ini, spirit pembaharuan apa yang saat ini diterapkan di Perguruan Thawalib Padang Panjang?
Sebagai lembaga pendidikan Islam tertua di Sumatera Barat, maka upaya mempertahankan eksistensi Thawalib merupakan suatu keharusan. Tentu eksistensi tersebut dengan tetap melakukan berbagai perubahan dan pembaharuan bersifat kontekstual.
Upaya yang dilakukan oleh Yayasan Thawalib diantaranya dalam manajemen pengelolaan. Hal ini harus sejalan dengan semangat dan sistim manajemen yang ada dewasa ini. Misalnya, masalah keuangan harus diterapkan manajamen transparan dan akuntabel.
Prinsip transparan dan manajemen ini sejalan dengan sebuah lembaga pendidikan seperti Thawalib bukan kepunyaan satu keluarga, satu golongan atau satu kelompok. Melainkan kepunyaan umat.
Untuk itu, sejak tahun 2020 sampai saat ini, Laporan Keuangan Yayasan Thawalib diumumkan secara terbuka di media masaa seperti di Harian Padang Ekspres setiap tahunnya. Dengan diumumkannya laporan keuangan tersebut, maka publik bisa menilai dan mengetahui sendiri bagaimana kondisi keuangan Yayasan Thawalib.
Spirit pembaharuan lainnya selain membangun dan mengembangkan sistim keuangan yang transparan dan akuntabel, juga tata kelola administrasi baik di yayasan maupun di unit sekolah , dengan sistim administrasi yang baik.
Kemudian untuk pendidikan, dikembangkan pembaharuan bagi tenaga pendidik yang mengajar terukur dengan mengacu kepada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat baik pelajaran kitab kita Thawalib maupun pelajaran umum. Pengelolaan di asrama harus mengedepankan layanan pendidikan bagi santri dan sebagainya.
Singkat kata, spirit pembaharuan yang menjadi ciri Perguruan Thawalib yang telah ditanamkan sejak dahulu, harus terus dilakukan dan dijalankan, yang bersifat kontekstual sesuai dengan keadaan saat ini.
Langkah lainnya adalah kembali ke khittah pendidikan Perguruan Thawalib. Hal ini menjadi salah satu agenda utama yang dijalankan oleh yayasan saat ini. Khittah Pendidikan Thawalib yang telah menjadi landasan terhadap pembaharuan sistim pendidikan Islam harus tetap dipertahankan.
Kitab kitab khas Thawalib yang telah diajarkan puluhan tahun bahkan ratusan tahun tetap dipertahankan dan diajarkan sampai sekarang, karena hal ini menjadi roh bagi pendidikan Thawalib itu sendiri.
Langkah Langkah perubahan tersebut di atas adalah sebagai upaya untuk tetap mempertahanan eksistenti dan keberadaan Perguruan Thawalib.
Pergeseran paradigma
Disadari menilik sejarah Perguruan Thawalib yang kini berusia 110 tahun, maka ada pergeseran paradigma dalam pengelolaan Thawalib itu sendiri. Jika membaca literatur sejarah pengelolaan Thawalib mulai dari Syekh Abdullah Ahmad (1900-1906), Syek Daud Rasjidi (1906-1909), Syekh Latif Rasjidi (1909-1911), Syekh Abdul Karim Amrullah (1911-1926), Tuanku mudo Abdul Hamid Hakim (1926-1959), Buya H.M.D Datuk Palimo Kayo (sampai tahun 1976), Buya Zainal Abidin Ahmad (1976 sampai 1980an), dan Buya Mawardi Muhammad (sampai tahun 1995), maka tergambarkan bahwa figur menjadi kekuatan dan kunci utama dalam pengelolaan Thawalib.
Nama nama tersebut diatas adalah figur terkenal sebagai ulama besar yang dari segi keilmuan dan keagamaan mereka diakui oleh masyarakat luas. Kekuatan figur inilah yang menjadi bagian kekuatan dalam pengelolaan Thawalib sehingga eksis di tengah masyarakat pada saat itu.
Namun, saat ini diakui tidak ada lagi figur figur kuat yang muncul sebagaimana sebelumnya. Dan hal ini telah menjadi fenomena dewasa ini bagi lembaga pendidikan. Terjadi semacam pergeseran paradigma dalam hal ini. Pengelolaan pendidikan dengan berbasiskan sistim dan manajemen. Artinya, dengan manajemen pendidikan yang baik serta sistim yang dijalankan secara benar, maka pengelolaan lembaga pendidikan akan bisa eksis dan berkembang terus.
Hal itu terlihat misalnya, kepercayaan masyarakat akan mudah terbangun dengan diterapkannya manajemen keuangan secara transparan dan akuntabel. Sistim pendidikan yang dijalankan dengan tata kelola yang baik, akan memperkuat kepercayaan masyarakat atas lembaga pendidikan itu sendiri.
Mempertahankan Perguruan Thawalib yang kini 110 tahun untuk tetap eksis, tentu diperlukan pembaharuan dan pembenahan, sehingga lembaga pendidikan umat ini, tetap selalu dihati dan kepercayaan masyarakat.
Selamat berusia 110 tahun Perguruan Thawalib Padang Panjang.***
sumber ; Harian Padang Ekspres Rabu 5 Mei 2021