Tiga Tokoh Jadi Pembicara Launching Buku Sejarah Perguruan Thawalib

PADANGPANJANG, THAWALIBPADANGPANJANG.SCH.ID – Tiga tokoh menjadi pembicara dalam acara launching dan bedah buku Sejarah Perguruan Thawalib Padang Panjang yang diadakan pada hari Minggu 30 Mei 2021 mendatang. Ketiga tokoh tersebut adalah Prof.Dr. Azyumardi Azra (Guru Besar Sejarah UIN Jakarta), Prof. dr. Fasli Jalal.Sp.GK,Ph.D (Wakil Menteri Pendidikan Nasional 2010-2011) dan Hasril Chaniago (Jurnalis Senior).

Kehadiran ketiga tokoh tersebut dalam acara launching dan bedah buku Sejarah Perguruan Thawalib merupakan sebagai bentuk acara memperingati 110 tahun Perguruan Thawalib Padang Panjang yang jatuh pada bulan Mei 2021 ini.

Sekretaris Umum Yayasan Thawalib Irwan Natsir, Sabtu (15/5/2021) menjelaskan, ketiga tokoh tersebut diundang secara resmi sebagai pembicara dalam acara launching dan bedah buku Sejarah Perguruan Thawalib. “Alhamdulillah ketiga tokoh tersebut menyatakan kesediaan mereka menjadi pembicara untuk acara launching dan bedah buku,” ujarnya.

Azyumardi Azra merupakan guru besar sejarah Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta dikenal sebagai cendekiawan yang banyak menulis buku. Salah satu buku yang cukup terkenal yakni “Surau: Pendidikan Islam Tradisional dalam Transisi dan Modernisasi”. Pernah menjabat sebagai Rektor UIN Syarif Hidayatullah dan pada tahun 2010, memperoleh titel Commander of the Order of British Empire, sebuah gelar kehormatan dari Kerajaan Inggris dan menjadi ‘Sir’ pertama dari Indonesia.

Sedangkan Fasli Jalal kelahiran Padang Panjang 1 September 1953 pernah menjabat sejumlah jabatan. Selain Wakil Menteri Pendidiikan Nasional 2010-2011, dia juga pernah menjabat sebagai Kepala BKKBN dan kini sebagai Rektor Universitas Yarsi, Jakarta. Ia dikenal ahli dalam bidang pendidikan.

Hasil Chaniago adalah jurnalis senior Sumatera Barat. Malang melintang di dalam kancah dunia pers di Padang seperti Harian Singgalang, Harian Umum Haluan dan lainnya. Ia juga dikenal sebagai penulis biografi dan editor buku. Salah satu buku yang terkenal yakni berjudul “Sumatera Barat di Panggung Sejarah 1945-1995” yang ditulis bersama Mestika Zed dan Edy Utama.

Menurut Irwan Natsir, ketiga nara sumber tersebut dihadirkan untuk memberikan pandangan dan perspektif terhadap Perguruan Thawalib Padang Panjang dalam berbagai aspek. “Ketiga tokoh tersebut diharapkan memberikan pandangan baik tentang sejarah Thawalib itu sendiri maupun persoalan pendidikan yang dihadapi pada saat sekarang,” jelasnya.

Buku Sejarah Perguruan Thawalib berisikan lintasan sejarah mulai dari awal pendirian, perkembangan terbentuknya Sumatera Thawalib, dinamika yang dihadapi sampai saat ini. Buku tersebut mengisahkan profil tokoh tokoh penting yang mengelola Thawalib seperti Syekh Abdullah Ahmad, Syekh Daud Rasjidi, Syekh Abdul Karim Amrullah, Tuanku Mudo Abdul Hamid Hakim, Buya HMD Datuk Palimo Kayo, Buya Zainal Abidin Ahmad dan Buya Mawardi Muhammad.

Pelajaran Bermakna

Sementara, Ketua Yayasan Thawalib Dr Saiful Amin menambahkan, hadirnya tiga tokoh dalam memperbincangkan tentang Thawalib dan sejarahnya memiliki makna yang penting dan strategis. Sebab, ketiga tokoh tersebut selama ini punya perhatian penuh terhadap lembaga pendidikan Islam di Sumatera Barat. “Prof Azyumardi Azra dalam banyak karya tulisan dan bukunya ditemukan tentang pembahasan mengenai pendidikan Islam di Sumatera Barat. Beliau orang yang ahli dalam bidang ini dan selalu menjadi rujukan,” kata Saiful Amin.

Hal yang sama terhadap Prof.Fasli Jalal. Dikenal sebagai ahli Pendidikan dengan berbagai jabatan yang diemban dan punya perhatian penuh terhadap kemajuan lembaga pendidikan Islam. “Dalam banyak kesempatan beliau kami amati begitu tinggi perhatian dalam memajukan lembaga pendidikan Islam,” ujar Saiful Amin.

Sedangkan jurnalis senior Hasril Chaniago selain menekuni sejarah di Sumatera Barat juga intens mengikuti perkembangan Minangkabau baik dulu sampai saat ini. “Sebagai jurnalis beliau tentu memiliki pandangan terhadap bagaimana lembaga pendidikan seperti Perguruan Thawalib yang berusia 110 tahun harus tetap eksis dan berkiprah dalam mencerdaskan umat,” kata Saiful Amin.

Pelaksanaan acara launching dan bedah buku 30 Mei nanti tetap memperhatikan protokol kesehatan yang ditetapkan pemerintah dengan peserta acara dibatasi jumlahnya. Hal ini tidak terlepas dari situasi Covid 19 yang masih terjadi. (*)

 

sumber : harianhaluan(dot)com

Leave a Comment