Di Milad ke-110, Pemko Padang Panjang Serahkan Bantuan untuk Perguruan Thawalib

PADANGPANJANG, PADANGPANJANG.SCH.ID – Persis di persimpangan arah menuju objek wisata pemandian alam Lubuak Mato Kuciang, berdiri sebuah sekolah yang menjadi ikon Kota Padang Panjang sebagai kota tujuan pendidikan. Sekolah yang telah hadir sejak seabad silam dan dibangun di atas tanah seluas 4 hektare itu bernama Perguruan Sumatera Thawalib Padang Panjang.

Perguruan Sumatera Thawalib Padang Panjang lahir dari buah pemikiran para ulama reformis dan moderat Minangkabau, seperti Haji Abdul Karim Amrullah (Inyiak Rasul), Haji Abdullah Ahmad dan Zainuddin Labay el Yunisy. Ketiga ulama ini, menjadi ikon kelompok pembaharu pendidikan Islam di Ranah Minang pada awal abad ke-20.

Kini, Perguruan Thawalib Padang Panjang yang telah melahirkan berbagai tokoh nasional maupun internasional, memasuki usianya yang ke-110. Banyak dinamika yang dilewati, namun perguruan ini masih tetap menunjukkan eksistensinya, mencetak generasi islami yang berguna bagi nusa, bangsa dan agama.

Sudah lebih seabad lembaga pendidikan Islam modern, Thawalib Padang Panjang, berkiprah mencerdaskan anak bangsa di kawasan Asia Tenggara. Tidak terhitung jumlah alumninya yang telah berbhakti dalam berbagai usaha untuk kemajuan Islam di kawasan serantau ini. Di usianya yang ke-110 tersebut, Perguruan Thawalib menggelar milad dan melaunching buku berjudul “Sejarah Perguruan Thawalib Padang Panjang”, Minggu (30/5).

Milad Thawalib ditengah pandemi tersebut, dihadiri Gubernur Sumatera Barat, H. Mahyeldi Ansharullah, S.P Datuak Marajo, Wali Kota, H. Fadly Amran, BBA Datuak Paduko Malano yang turut menyerahkan bantuan sebesar Rp300 juta. Lalu ada anggota DPR RI sekaligus pembina Yayasan Thawalib Padang Panjang, Drs. Guspardi, Gaus, M.Si, Forkopimda dan sejumlah tokoh masyarakat.

Gubernur Mahyeldi menyampaikan, usia ke-110 merupakan umur yang matang dan maksimal. Menurutnya, jarang lembaga pendidikan mampu bertahan seperti itu. Mahyeldi berharap Thawalib terus eksis, solid, saling bersinergi dan berkolaborasi.

“Kata kuncinya adalah soliditas sinergi dan kolaborasi. Ini harus dijaga dan dirawat. Banyak alumni dari sini yang menjadi pengusaha, dosen maupun ulama. Thawalib harus tetap eksis. Ini kebanggaan di Sumbar. Semoga semakin berkontribusi untuk bangsa dan negara,” katanya.

Wako Fadly mengatakan, usia 110 tahun merupakan usia yang sangat panjang. Thawalib telah berperan mendidik para pelajarnya dengan karakter pemenang dan berdaya saing. “Hal tersebut terlihat dari para lulusannya,” ujarnya.

Dikatakannya lagi, Thawalib memiliki manajemen yang baik sehingga sekolah tersebut mampu bertahan hingga kini. “Managemen luar biasa. Thawalib telah turut mencitrakan Kota Padang Panjang sebagai Kota Serambi Mekkah, menciptakan pemuda pemudi yang brilian yang mempunyai daya saing,” katanya.

Lebih lanjut ujarnya menelaah sejarah ,tidak terbantahkan, lembaga pendidikan Islam modern seperti Thawalib punya andil besar menegakkan kebenaran, keadilan, dan kesejahteraan anak bangsa yang besar ini. Boleh disebut, semua guru ataupun pendidik di awal-awal berdirinya lembaga pendidikan Thawalib merupakan gemblengan Syech Ahmad Khatib Al-Minangkabawi, guru besar pendidik Islam dunia pada masanya yang berkedudukan di Mekkah Almukarramah.

Apalagi sekarang, sistem pendidikan Thawalib dengan gurunya para alumni Timur Tengah semakin berjaya di Indoesia. Asal gurunya atau pendidiknya alumni Timur Tengah, maka lembaga pendidikan Islam swasta, dimanapun lokasinya, selalu dibanjiri murid untuk menuntut ilmu pengetahuan tuturnya

Sementara itu, Guspardi Gaus menyebutkan, Thawalib merupakan sekolah pembaharuan. Cikal bakalnya dari Surau Jembatan Besi yang kini menjadi Masjid Zua’ma. Thawalib adalah aset Padang Panjang bersama Diniyyah Puteri dan Kauman Muhammadiyah. “Apresiasi yang tinggi kepada wali kota yang telah memberi perhatian terhadap Thawalib ini,” katanya.

Adapun Ketua Umum Yayasan Thawalib, Abrar, M.Ag menuturkan, Thawalib telah melahirkan gagasan lewat tokoh-tokoh bangsa yang pernah menempuh pendidikan di sana. “Hari ini kita tidak hanya bernostalgia, mengenang masa keemasan. Tetapi bagaimana Thawalib menjadi lebih bisa berkontribusi untuk bangsa dan umat,” ujarnya.

Sumber : khazminang.id

Leave a Comment