thawalibpadangpanjang.sch. Disela-sela pelaksanaan MTQ nasional XXVIII di Padang, sejumlah Alumni Pondok Pesantren Gontor, Ponorogo, Jawa Timur memanfaatkan waktu untuk berkunjung ke Perguruan Thawalib Padang Panjang.
Kunjungan silaturrahmi tersebut tidak terlepas bagaimana hubungan emosional antara Perguruan Thawalib dengan Pesantren Gontor selama ini, yakni pendiri Pesantren Gontor alm K.H. Imam Zarkasyi belajar di Perguruan Thawalib tahun 1930 an.
Kunjungan ketiga alumni Pesantren Gontor tersebut diterima oleh Kepala Sekolah Kuliyatul Ulum El Islamiyah (KUI) Putra ustad Ermansyah, Wakil Kepala Sekolah KUI Putra ustad Ajisman dan Koord Guru Asrama ustad Andi Azhari, Senin (16/10/2020).
Ketiga alumni Gontor tersebut adalah ustad Abdul Aziz Fahmi menjabat Kepala Bagian Keagamaan Biro Kesra Setda Provinsi Nusa Tenggara Barat, ustad Dr. Subhan Abdulla Acim, MA, menjabat Dekan Fakultas Dakwah UIN Mataram, NTB dan ustad Lalu Ahmad Zainuri, MA, dosen Fakultas Dakwah,UIN Mataram.
Seperti dijelaskan Wakil Kepala Sekolah KUI Putra Ajisman, ketiga alumni Gontor tersebut sedang berada di Padang untuk mengikuti pelaksanaan MTQ nasional. “Mereka adalah delegasi MTQ nasional asal NTB,” jelasnya.
Ustad Abdul Aziz adalah official kafilah MTQ NTB. Sedangkan ustad Subhan Abdulla dan ustad Lalu Zainuri adalah pelatih musabaqah menulis makalah ilmiah al-Quran.
Kata Ajisman, kedatangan ketiga alumni Gontor tersebut tidak terlepas dari keingintahuan langsung untuk melihat Perguruan Thawalib Padang Panjang. Sebab, selama mereka menjadi santri pesantren Gontor mendengarkan cerita tentang Perguruan Thawalib. “Mereka ingin tahu langsung tentang Perguruan Thawalib. Sebab, selama menjadi santri di Gontor mendengarkan kisah Perguruan Thawalib dari guru mereka,” jelas Ajisman.
Berkunjung
Bagi pesantren Gontor, memang memiliki ikatan sejarah yang kuat dengan Perguruan Thawalib. Sebab, salah seorang pendiri pesantren tersebut yakni K.H Imam Zarkasyi belajar di Perguruan Thawalib.
Dalam kisah Kiyai Imam Zarkasyi, ia mengikuti saran Sang Guru Al Hasyimi, yakni diarahkan ke Padang Panjang, Sumatra Barat guna menimba ilmu. Akhirnya pada tahun 1930, Zarkasyi berangkat ke Padang Panjang, atas petunjuk gurunya dan dukungan penuh keluarga.
Kabarnya, keberangkatan ke Padang Panjang di waktu itu, sempat menimbulkan kontroversi di lingkungannya. Asal tahu saja, kala itu, tanah Jawa justru dianggap sebagian besar kalangan sebagai tujuan belajar memperdalam ilmu agama. Alih-alih memilih Jawa sebagai mana lazimnya orang masa itu, Zarkasyi justru hijrah ke lembaga pendidikan bernama Sumatra Thawalib School, yang dipimpin Syaikh Abdul Karim Amrullah, atau dikenal dengan julukan Haji Rasul. Zarkasyi menyelesaikan pendidikan dalam waktu dua tahun alias lebih cepat dari pada umumnya.
Dalam kunjungan ketiga alumni Gontor tersebut disambut oleh pimpinan KUI Putra dan Koord Guru Asrama dengan memberikan penjelasan tentang proses belajar mengajar di Perguruan Thawalib mulai pagi, sore dan kegiatan belajar di malam hari. Kemudian juga menjelaskan perkembangan sejarah Perguruan Thawalib.
Dijelaskan Ajisman, dengan adanya kunjungan para alumni Gontor tersebut, memberikan gambaran bagaimana ikatan batin antara Gontor dengan Thawalib. “Meski para alumni Gontor sudah bekerja di tempat lain, ternyata ada keinginan berkunjung ke Perguruan Thawalib,” kata Ajisman.